Gempa 2025 Bukan yang Pertama: Madura Sudah Diguncang Sejak Zaman Belanda

Selasa, 14 Oktober 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Surabaya- Gempa bumi yang mengguncang wilayah Sumenep dan Pulau Sapudi pada 30 September 2025 kembali mengingatkan masyarakat bahwa Madura bukanlah wilayah bebas gempa. Berdasarkan sejumlah catatan sejarah dan arsip kolonial, aktivitas gempa di Madura sudah terjadi sejak ratusan tahun lalu, bahkan sebelum sistem pencatatan modern seperti BMKG berdiri, Selasa, 14/10/2025.

Wilayah Madura, khususnya Sumenep dan sekitarnya, beberapa kali diguncang gempa kuat akibat aktivitas sesar aktif bawah laut yang membentang di kawasan Rembang–Madura–Kangean–Sakala (RMKS). Catatan lama menunjukkan, pada tahun 1863, gempa besar pernah melanda Pamekasan dan Sumenep, menimbulkan kerusakan cukup luas di permukiman penduduk.

Sejak itu, berbagai surat kabar kolonial Belanda mencatat serangkaian gempa lain yang mengguncang Madura:

1881 – Diberitakan dalam Java-bode edisi 1 November.

1883 – Dilaporkan Soerabaijasch Handelsblad 13 Juni.

1891 – Gempa Sumenep–Sapudi dimuat di De Locomotief 17 Maret.

1896 & 1904 – Kedua tahun ini tercatat di berbagai surat kabar Hindia Belanda.

1935–1936 – Arsip menunjukkan dua kali gempa di Madura.

Memasuki era modern, catatan BMKG kembali menunjukkan aktivitas gempa di wilayah ini:

11 Oktober 2018, gempa M6,4 mengguncang Pulau Sapudi, menewaskan 3 orang dan merusak 210 rumah.

2 Maret 2019, gempa M5,0 menyebabkan enam rumah rusak.

30 September 2025, gempa M6,0 mengguncang Sumenep, menyebabkan 22 rumah rusak dan tiga warga terluka.

Menurut Kepala BMKG Tanjung Perak Surabaya, Daryanto, aktivitas seismik di Madura perlu mendapat perhatian serius. Selain sesar RMKS, gempa menengah hingga dalam juga bisa dipicu oleh subduksi Lempeng Indo-Australia terhadap Eurasia di selatan Jawa.

 “Kami berkomitmen menguatkan kapasitas para nelayan dan masyarakat maritim agar selalu siaga, waspada, dan siap selamat,” tegasnya.

Sebagai upaya mitigasi, BMKG bersama Stasiun Geofisika Pasuruan rutin melaksanakan Sekolah Lapang Gempa Bumi (SLG). Program ini bertujuan menumbuhkan kesadaran bencana di kalangan masyarakat dan pemerintah daerah.

“Melalui SLG, kami ingin membangun budaya sadar, siaga, dan selamat. Edukasi ini penting agar masyarakat tahu apa yang harus dilakukan ketika gempa terjadi,” tambah Daryanto.

Kegiatan SLG terakhir digelar di Pamekasan, dan ke depan ditargetkan menjangkau seluruh wilayah Madura, terutama daerah pesisir seperti Sumenep dan Pulau Sapudi, yang paling dekat dengan pusat gempa.

Melihat panjangnya sejarah kegempaan di Madura, para ahli menilai bahwa mitigasi bencana berbasis pendidikan masyarakat menjadi langkah paling efektif. Sekolah, pemerintah desa, hingga kelompok nelayan diharapkan ikut terlibat dalam membangun budaya tangguh menghadapi bencana.

Dengan begitu, sejarah panjang gempa bukan hanya catatan masa lalu, tetapi menjadi pelajaran berharga bagi generasi kini untuk hidup lebih siap, siaga, dan selamat di tanah Madura.

Penulis : Redaksi

Berita Terkait

Gempa Situbondo, BMKG: Kedalaman 14 Km, Magnitudo 2,6
Ketua PKDI Sumenep Dukung Terobosan Pemkab Sumenep, Pastikan Mobilitas Udara Jadi Pintu Emas Kebangkitan Ekonomi
Mulai Oktober, Bandara Trunojoyo Jadi Pintu Baru Umroh dan Wisata Mancanegara
Adakan Ngaji Design, FKMSB Surabaya Fokus Gandeng Kader Melek Digital
We Are One, We Are Together, Perayaan 7 Tahun Komunitas Srikandi 7085 Penuh Energi Positif
HUT RI ke-80 Paling Berkesan, Myze Hotel Sumenep Sukses Hadirkan Kebersamaan dan Kreativitas Lokal
Ketua Laskar Prabowo 08: Mari Rawat Persatuan, Jangan Biarkan Duka Affan Memecah Bangsa
Sibuk Politik dan Sosial Bukan Alasan, Yessy Praneda Resmi Sabet Gelar Sarjana Hukum dengan Gemilang

Berita Terkait

Selasa, 14 Oktober 2025 - 13:19 WIB

Gempa 2025 Bukan yang Pertama: Madura Sudah Diguncang Sejak Zaman Belanda

Rabu, 1 Oktober 2025 - 21:38 WIB

Gempa Situbondo, BMKG: Kedalaman 14 Km, Magnitudo 2,6

Sabtu, 27 September 2025 - 22:07 WIB

Ketua PKDI Sumenep Dukung Terobosan Pemkab Sumenep, Pastikan Mobilitas Udara Jadi Pintu Emas Kebangkitan Ekonomi

Sabtu, 27 September 2025 - 21:27 WIB

Mulai Oktober, Bandara Trunojoyo Jadi Pintu Baru Umroh dan Wisata Mancanegara

Selasa, 16 September 2025 - 15:35 WIB

Adakan Ngaji Design, FKMSB Surabaya Fokus Gandeng Kader Melek Digital

Berita Terbaru