Sumenep – Penutupan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SDN Panaongan III Kecamatan Pasongsongan, Sabtu (19/7), berlangsung penuh haru dan makna. Tak sekadar acara seremonial, kegiatan ini sarat pesan mendalam tentang kemandirian dan kebersamaan dalam dunia pendidikan dasar.
Sejumlah rangkaian acara mengisi kegiatan yang digelar di halaman sekolah itu. Dimulai dengan penampilan seni suara dari siswa kelas 1 yang berhasil memukau para guru dan wali murid. Di tengah keceriaan acara, suasana menjadi lebih reflektif saat perwakilan wali murid, Bapak Sulaiman, menyampaikan kesan dan pesannya.
Dalam sambutannya, ia mengaku sangat terharu dan berterima kasih atas sambutan hangat dari sekolah serta bimbingan para guru.
“Anak saya dibimbing dengan sangat sabar. Bekal pengetahuan seperti PHBS sangat bermanfaat. Semoga SDN Panaongan III bisa terus mencetak karakter anak-anak yang lebih baik,” ujarnya.
Puncak acara ditandai dengan pelepasan topi dan name tag oleh Kepala Sekolah, Bapak Agus Sugianto, S.Pd. Seluruh siswa kelas 1 secara simbolis dilepas sebagai tanda bahwa mereka telah resmi menjadi bagian dari SDN Panaongan III. Momen tersebut dilanjutkan dengan penyerahan piagam penghargaan kepada siswa-siswa baru yang telah menyelesaikan MPLS dengan baik.
Bapak Agus, yang dikenal dengan ciri khas blangkonnya, menyampaikan sambutan inspiratif di hadapan seluruh hadirin. Ia menjelaskan filosofi di balik simbol-simbol yang digunakan selama MPLS.
“Pada saat pembukaan, kita melepaskan balon. Karena saat masih di TK atau PAUD, anak-anak ibarat balon, mengikuti arah angin. Tapi hari ini kita lepas burung merpati. Karena setelah masuk SD, anak-anak harus mulai punya pendirian. Merpati itu tidak terbang sembarangan, ia punya arah dan naluri,” terang pria yang disambut tepuk tangan meriah itu.
Ia juga menegaskan bahwa sekolah harus menjadi rumah kedua yang nyaman bagi siswa. “Di sinilah anak-anak belajar mandiri. Tak semua harus dibantu orang tua. Dari hal kecil seperti membawa perlengkapan sendiri, itu langkah awal kemandirian,” tambahnya.
Salah satu momen paling menyentuh adalah saat siswa kelas 2 hingga 6 membentuk lingkaran besar sambil bergandengan tangan, mengelilingi siswa kelas 1 yang berada dalam lingkaran kecil di tengah. Aksi simbolik ini mencerminkan semangat persaudaraan dan gotong royong antar-siswa di SDN Panaongan III.
Kepala sekolah berharap kegiatan ini menjadi awal baik bagi siswa baru untuk menempuh perjalanan pendidikan dasar yang menyenangkan dan bermakna.
“Semoga anak-anak kita ini menjadi merpati-merpati yang terbang tinggi, mandiri, dan membawa nama baik sekolah serta keluarganya,” pungkasnya.
Penutupan MPLS di SDN Panaongan III menjadi bukti bahwa pendidikan karakter bisa ditanamkan sejak hari pertama anak menjejakkan kaki di sekolah dasar. Bukan sekadar pengenalan tempat, tapi awal pembentukan jati diri.
Penulis : Redaksi